Warga pendidikan yang ada di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tampak antusias dengan kurikulum merdeka. Hal ini dikarenakan Kurikulum Merdeka menawarkan fleksibiltas yneg membuat para guru dan siswa memiliki kesempatan untuk bisa mengembangkan diri.
Martinha Amaral yang merupakan Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bertingkat I Naikoten mengatakan bahwa para guru yang ada di sekolah yang dipimpinnya tidak lagi membutuhkan waktu lama untuk memutuskan dalam beralih dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka. Di tahun ajaran 2022/2023 ini, Kurikulum Merdeka sudah tercatat diterapkan pada sekolahnya.
Ia pun mengatakan bahwa keputusan ini dikarenakan warga sekolah yang tidak ingin ketinggalan di dalam mengadaptasikan keterbaruan yang mendukung perkembangan pendidikan. Ditambah lagi para guru sudah terfalitasi oleh Platform Merdeka Mengajar, yang membuat mereka dapat lebih mengembangakn potensi diri secara mandiri.
“Guru-guru ternyata antusias untuk mengikuti diklat danm pelatihan. apalagi mereka juga makin terfasilitasi Platform Merdeka Mengajar,” ujar Martinha.
Selain itu ia juga mengungkapkan bahwa Kurikulim Merdeka memiliki komponen keunggulan. Di mana sekolah dapat melakukan diferensiasi pembelajaran yang mengakomodir kearifan lokal yang ada di dalamnya. Melalui hal ini, sekolah pun dapat menyesuaikan materi belajar dengan karakteristik yang mereka miliki.
“Imbasnya kami bisa menyesuaikan materi belajar dengan karakteristik sekolah kami. Salah satunya ada pada implementasi tanaman hidrolik yang amat digemari siswa,” jelas dia.
Praktik baik yang ada di dalam implementasi Kurikulum Merdeka yang terdapat di beberapa sekolah Kota Kupang, pada akhirnya pun ikut memberikan dampak ke sekolah lain. SLBN Pembina Kupang merupakan salah satu sekolah yang ikut tertarik untuk segera beralih ke kurikulum baru tersebut.
Elisabeth Paledan, Kepala Sekolah SLBN Pembina Kupang, mengatakan bahwa pihak mereka akan segera mulai menerapkan Kurikulum Merdeka untuk semester depan. Sekoalh dan juga para guru yang terlibat di dalamnya pun kini sudah melalui beberapa pembelakan untuk menerapkan kurikulum tersebut.
“Antusiasme itu datang karena warga sekolah ingin tahu lebih dalam mengenai Kurikulum Merdeka. Dan ketika melihat implementasi kurikulum di sekolah lain, ternyata kurikulum ini makin memfasilitasi pola belajar yang lebih fleksibel dan berpihak pada siswa,” tutur Elisabeth.